Jumat, 17 Desember 2010

Menunggu kereta api tiba



Wanita muda itu berjalan meyakinkan entah mungkin tergesa memasuki pelataran stasiun kereta api di kota itu. Di ujung lorong dia berbelok ke kiri menapaki tangga yang sedikit curam. Suasana sepi dan dingin terasa di peron lantai dua. Hanya satu dua petugas kebersihan berlalu. Sesaat membersihkan lantai yang sedikit kotor karena debu atau memungut sampah kecil yang masuk ke peron diterbangkan angin musim panas yang kering. Siang itu terik mentari mengganas seakan ingin memanggang bumi.
Duduk di kursi besi di depan ruang tunggu, wanita itu berkipas sembari mengusap keringat yang deras mengalir di keningnya.
Di balik kaca loket penjualan tiket, lelaki muda, si petugas, mengamati dengan mimik serius. Tersadar dari awan kantuk yang terus menaungi dia dari pagi tadi.  

Lantas dia berkata “Mau berangkat kemana Mbak?” saat si wanita datang menghampirinya.

Tersadar dari pikiran sendiri si wanita menjawab ”Tidak mas, saya sedang menunggu kereta api tiba?”. “Jam berapa kereta apinya tiba mas?”  wanita itu bertanya.


Maaf Mbak! Pemberangkatan yang dari jurusan mana ya Mbak?” lelaki itu bertanya balik.

Wanita muda menjawab “Yang dari jurusan timur jauh mas”. Dengan suara datar.

Lelaki muda menjawab “Kereta api dari jurusan timur jauh pasti akan tiba di sini Mbak. Tapi saya belum bisa memberi tahu pukul berapa kereta api itu tiba. Apakah mbak akan bersabar menunggu kereta api itu tiba?”.

Maksud mas?” heran, si wanita pun bertanya balik.

Saya belum menuliskan jadwal kedatangan di papan pengumuman itu Mbak. Sedang menunggu konfirmasi. Mungkin ada persiapan yang perlu dan sedang dikerjakan petugas di stasiun timur jauh sana Mbak. Tapi percayalah Mbak! kereta api itu akan tiba” jelas si petugas itu.

Jengah memotong perbincangan dan sunyi pun mengambil peran. Hanya hela nafas bersahutan berganti menjadi percakapan keduanya.

Masih terdiam. Hawa panas kering dibawa angin, datang menyapu loket tempat mereka berdiri. Tercekat lantas....

Mungkin wanita muda itu akan menjawab:

“Meskipun jam kedatangannya belum terjadwal dan tertulis di pengumuman itu, saya akan tetap menunggu. Karena saya percaya akan tibanya kereta api itu ke sini”.

Ataukah dia akan menjawab:

“Meskipun saya yakin kereta api itu akan tiba. Tapi kalau jam kedatangannya belum jelas terjadwal dan tertulis di papan pengumuman itu lebih baik saya pulang, dari pada membuang waktu. Menunggu tanpa kejelasan”.

Sebuah kantung plastik hitam bekas bungkus gorengan melayang diterbangkan angin yang memusing. Lantas menampar wajah si petugas itu. Si petugas itu tersenyum kecut. Ah...bau minyak goreng masih terasa sekali lantas mengusap wajahnya dengan telapak tangan yang berkeringat dingin.

24 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar