Entah sudah untuk keberapa kali aku menonton film “3 Hari untuk Selamanya” yang dibintangi Nicholas Saputra ini. Aku bukan pemerhati film, tapi di sini untuk pertama kalinya aku melihat Nicholas Saputra berperan bukan sebagai orang yang "baik" (tanda kutip, garis bawah, italic & bold). Intinya sih film ini menceritakan seorang pemuda, namanya Yusuf (Nicholas Saputra) dan sepupu perempuannya Ambar (Adinia Wirasti) yang terbiasa hidup dalam hedonisme kota seperti free sex, ganja, rokok, dan alkohol.
Satu adegan yang selalu kuingat tentang film ini adalah si Yusuf membahas usia-usia penting atau kritis yang dialami manusia. Usia 27, 29 dan 35 katanya. Dia menceritakan tentang nama-nama tenar seperti Kurt Cobain dan Chairil Anwar mereka mati muda, 27 tahun.. Usia 35 menurut menurut si Yusuf penting karena orang tuanya meninggal di usia 35 tahun.
Aku pun merasakannya. Namun bagiku setiap tahun tentunya selalu memiliki perbedaan. Dimana ada keputusan penting menyangkut hidupku. Namun tak kusangkal ada usia tertentu yang memang menjadi titik kritis yang menentukan waktu yang panjang ke depan. Menurutku salah satunya usia 18. Itu fase awal ketika melakukan keputusan besar untuk hidup. Pertama kalinya diakui sebagai orang dewasa yang ditandai dengan pemberian KTP oleh negara (hehehehe). Di usia ini langsung dihadapkan pada pilihan, melanjutkan ke kuliah atau tidak selepas lulus SMA, kuliah di jurusan mana, kuliah di mana ataukah langsung kerja?. Fase awal kedewasaan yang langsung di hadapkan dengan keputusan besar.
Hidup memang tentang pilihan, setiap tahun bahkan di setiap hari yang terlewati, selalu dilalui dengan memillih yang mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar