Minggu, 29 Januari 2012

Saint Valentine's Day (Hari kakak tua)


Perayaan ini sebenarnya sudah bermula semenjak lama sekali. Pada zaman Romawi kuno ada festival Lupercalia yang dirayakan pada tanggal yang hampir sama, yaitu 15 February. Festival ini diadakan untuk menghormati dewa Faunus, dewa ternak dan kesuburan, baik itu kesuburan ladang maupun wanita. Dewa Faunus ini punya istri juga yang bernama Dewi Fauna. Dalam mitologi Yunani, Faunus ini disebut Pan. Dewa yang badannya berupa setengah manusia setengah kambing dan digambarkan ke mana-mana selalu membawa panpipe, alat musik tiup yang terbuat dari reed, semacam bambu kecil. Reed dari zaman antik ini hingga sekarang masih tetap dipakai oleh para pemain musik tiup seperti saxophon, klarinet dan oboe.

Pada saat festival Lupercalia itu berlangsung, ada salah satu ritualnya yang diperuntukkan bagi wanita yang ingin rahimnya subur. Dengan bertelanjang bulat, dua tim pemuda berlomba lari mengelilingi bukit Palatin sambil membawa cambuk yang terbuat dari kulit kambing dan mereka mencambuk setiap wanita yang ada di dekatnya. Para wanita yang ingin subur atau ingin cepat punya anak berjejer di sepanjang rute tersebut karena mereka percaya bahwa bila berhasil mendapatkan lecutan cambuk dari para pemuda itu mereka akan bisa subur
dan mudah saat melahiran. Tetapi, kalau saya pikir-pikir, agaknya bukan cambukannya itu yang bisa bikin subur, tapi karena para wanita itu melihat serombongan pemuda cakep yang berlomba lari sambil telanjang bulat. Opo ora gemes? Dan sesampai di rumah jadilah mereka bisa subur. Atau bagi wanita masa kini, cobalah bayangkan sendiri seandainya saja Roberto Baggio, del Pierro bersama rekan-rekannya berlari-lari main sepak bola sambil telanjang bulat. Mestilah para wanita yang menontonnya kontan akan jadi subur pula.

Dan sekedar tambahan info, lomba olimpiade pada zaman klasik di Yunani dulu pesertanya juga hanya para pemuda dan mereka tak mengenakan sehelai benang pun. Lihatlah misalnya patung pelempar cakram yang terkenal itu. Bagaimana kalau olympiade yang sekarang dibikin demikian juga? Hmm… mestilah para penonton akan mengusulkan agar olimpiade diadakan setiap hari saja.

Semasa orang Romawi masih berkuasa di Britania, tradisi dan budaya mereka banyak mempengaruhi rakyat Briton. Dan tradisi Romawi tentang kesuburan itu agaknya lalu dikaitkan orang Inggris dengan kisah burung kakatua kasmaran. Orang Inggris dulu percaya bahwa burung lovebird (semacam burung kakaktua/bethet, lihat gambar), memulai musim kawinnya pada tanggal 14 February. Perkawinan, kesuburan, dan kisah burung kasmaran kaitannya memang erat sekali, bukan? Kemudian, seiring dengan perubahan zaman, pada masa sekarang ini tradisinya berubah menjadi saling tukar menukar kartu dan berbagai macam hadiah lainnya dengan orang-orang yang dicintai, teman-teman dekat dan juga para anggota keluarga.

Perayaan musim kawin burung kakatua itu sekarang disebut St. Valentine's Day. Tapi, sebenarnya perayaan ini tak ada hubungannya dengan dua orang pastur bernama Valentine yang dihukum mati Romawi pada abad ke–3 M di Roma. Persamaannya hanyalah sekedar bahwa kematian mereka juga terjadi pada tanggal 14 Februari. Untuk gampangnya, hal semacam ini bisa disamakan dengan kisah misalnya emaknya Bung Joni wafat pada tanggal 17 Agustus. Ndilalah, kok ya sama dengan perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Tentu saja pada hari wafat sang emak itu seluruh orang di Indonesia sedang sibuk dengan perayaan pula. Tapi, kedua peristiwa itu jelas tak ada kaitannya sama sekali.

Jadi, sejarah nama Hari Valentine ini nampaknya sama saja dengan Hari Natal atau All Saint Day (hari setelah malam Halloween). Sebuah lagu lama pula, yaitu karena ini adalah perayaan yang sangat populer di kalangan orang pagan dan sukar sekali dihapus, maka oleh Gereja kemudian dicari-carikan kaitannya dengan agama Kristen. Dan akhirnya ketemulah nama dua orang pastur yang kebetulan wafat pada tanggal yang sama dengan musim kawin burung kakatua tersebut.

Menurut kisahnya memang ada dua orang pastur yang dihukum mati pada hari tersebut, tetapi penyebabnya kematiannya tak jelas dan masih simpang siur kebenarannya. Paling tidak ada dua versi yang berbeda. Salah satu versi yang beredar luas selama ini adalah salah seorang pastur tersebut dipenggal kepalanya karena melanggar larangan kaisar untuk mengawinkan para pemuda. Nampaknya kisah ini hanyalah karangan Gereja saja. Dikarang kisah palsu yang romantis semacam itu supaya nanti bisa dikaitkan dengan kisah burung kakatua yang lagi dimabuk asmara. Ini memang kemungkinan besar kisah palsu karena pada masa itu (sekitar tahun 269 M) Kristen bukan agama negara sehingga mustahil para pemuda Romawi, terlebih lagi yang terdaftar dalam dinas ketentaraan, mencari pendeta Kristen untuk meresmikan pernikahannya.

Selain itu, bila mengingat budaya Romawi yang cukup permisif, sebenarnya pemuda Romawi memang tak perlu repot-repot menikah untuk bisa bercinta dengan kekasihnya. Dan boleh dikatakan mereka bahkan lebih permisif daripada masyarakat Barat zaman modern sekarang ini, sebab mereka menganggap lumrah saja untuk berhubungan secara bebas dengan lain jenis (heterosexual) maupun dengan sesama jenis (homosexual). Julius Caesar dan juga banyak orang Romawi lainnya sudah biasa bila punya kekasih di mana-mana. Cleopatra adalah salah satu kekasih Caesar. Pada masa mudanya, Caesar juga pernah dimabuk asmara dengan ibunya Brutus. Dan karena Brutus lahir pada masa Caesar sedang asyik-asyiknya bermain asmara dengan ibunya Brutus, maka Caesar menganggap Brutus sebagai anaknya. (Plutarch, Parallel Lives). Karena itu Caesar sangat menyayangi Brutus dan hanya mau menyerah setelah mengetahui Brutus termasuk dalam komplotan kaum republikan yang menikamnya. Entah benar atau tidak anggapan Caesar itu sebab mungkin juga ibu Brutus pun bercinta dengan pria selain Caesar pada saat yang sama sebab wajah Brutus lebih mirip dengan seorang bangsawan Romawi lainnya yang kemudian dianggap sebagai bapak sahnya. Budaya yang luar biasa permisif, bukan? Selain dengan kaum wanita, Caesar juga kadang bercinta dengan sesama pria. Dan hal itu dianggap lumrah saja oleh masyarakat Romawi. Budaya serupa juga terdapat pada masyarakat Yunani kuno. Para pelacur Yunani yang disebut hetaerae malah dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi dan terpandang di dalam masyarakat, tidak dianggap sebagai sampah masyarakat seperti sekarang ini. Sedangkan di kalangan pria Yunani, juga sudah lumrah untuk berhomosexual-ria dengan siapa saja. Dan masyarakat Yunani pada masa itu menganggap hubungan sesama pria yang dijalin dengan saling setia adalah sesuatu hal yang ideal dan dijunjung tinggi, bahkan lebih tinggi derajatnya ketimbang hubungan saling setia dengan wanita. Dan filsuf besar semacam Socrates, juga punya kekasih pria. Demikian bila kita mau membahas sekilas tentang budaya percintaan di kalangan masyarakat Romawi maupun Yunani. Jadi, bila kemudian ada pemuda Romawi yang mau repot-repot berkorban nyawa hanya demi untuk bercinta dan punya anak dengan kekasihnya adalah hal yang mustahil sama sekali.

Karena simpang siurnya kisah yang ada, semenjak tahun 1969 Hari Valentine telah dihapus dari daftar hari libur resmi di kalender Gereja karena mereka ingin menghapus hari-hari libur yang berasal dari kisah-kisah legenda yang tak jelas kebenarannya. Walau sudah dihapus secara resmi, masyarakat awam ternyata masih tetap menyukai kisah legenda yang tak jelas asal-usulnya tersebut dan rela menghabiskan milyaran dolar untuk membeli kartu ucapan selamat dan berbagai hadiah Valentine lainnya. Bisnis perayaan terbesar kedua setelah Hari Natal. Dan tahukah Anda jenis kelamin mana yang terbanyak menghabiskan uangnya untuk membeli hadiah Valentine? 85 persen adalah kaum wanita. Agaknya kaum wanita memang lebih cepat terpengaruh iklan komersial ketimbang pria. Dan kaum pria biasanya hanya sekedar iseng-iseng membalas kiriman dari pacarnya saja. Malah kalau pria di Jepang seringkali balas mengirim baju tidur yang remang-remang buat cewek mereka. Sekedar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Bila kemudian ada orang di Indonesia yang turut merayakan kisah burung kakatua kasmaran ini ya terserah saja. Buat apa saya melarang-larang orang segala. Saran saya cuma satu, yaitu supaya sesuai dengan kisahnya, maka Hari Valentine itu namanya diganti saja dengan Hari Kakatua dan waktu merayakannya nyanyikanlah lagu Burung Kakatua. Burung kakatua hinggap di jendela, nenek sudah tua giginya tinggal dua…


SUMBER:
http://social-history.webs.com/5stvalentinesday.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar