Kamis, 19 Januari 2012

Striker Oportunis: Di antara Idealisme dan Realitas

Sebaik-baiknya seorang striker, adalah striker yang mampu menjebol hati wanita idamannya  dengan sentuhan yang manis dan lembut (Rakrian-filusuf kelahiran 200 tahun sebelum masehi)


 


Dalam permainan sepakbola posisi striker merupakan posisi dengan personal paling terkenal pasa sebuah tim. Siapa tak kenal Rooney, Messi, Batistuta, atau Peri Sandria. Striker merupakan tumpuan tim untuk menjebol gawang lawan. Maka striker biasanya memiliki persentase tendangan terbanyak, ini sejalan dengan tugas utamanya untuk menjebol gawang lawan.

Idealnya untuk menghasilkan tendangan yang baik maka seorang striker harus memiliki ruang gerak yang cukup, untuk mengontrol bola dan positioning tubuh, serta mendapatkan umpan yang matang atau terkontrol.

Namun, dalam realita, saat pertandingan berlangsung, seorang striker belum tentu mendapatkan kondisi yang ideal
(ruang tembak yang cukup dan umpan yang baik) untuk dapat melesakkan tendangan ke arah gawang lawan atau memberi assist kepada rekan setim. Pada saat pertandingan berlangsung, striker akan dihadapkan pada situasi dan kondisi terjepit oleh kawalan ketat defender tim lawan, baik melalui man-to-man marking atau pun zonal marking, yang intinya menutup dan menahan pergerakan striker maupun pergerakan bola. Disinilah diperlukan composure (ketenangan) dari seorang striker.

Ini artinya dambaan striker untuk mendapatkan ruang tembak dan umpan yang matang terreject dalam realitas. Jika pun sesekali kondisi itu  muncul, waktu yang tersedia bagi striker untuk mengambil keputusan adalah dalam hitungan sepersekian detik, seperti kondisi defender lawan lengah. 

Pun demikian halnya dalam hal mendapatkan umpan matang yang ideal. Dalam sebuah pertandingan penyuplai bola ke striker (misalnya playmaker, attack midfielder atau wing midfielder) juga berada dalam kondisi tak ideal akibat kawalan ketat pemain lawan untuk dapat melepaskan umpan yang matang. 

Thus, alam realitas pertandingan bola, striker dituntut untuk mencetak gol dalam kondisi tak ideal. Ruang tembak yang sempit, umpan yang tak ideal serta adanya tekanan dari lawan. Maka jika kondisi tak ideal tersebut masih juga seorang striker dapat menjebol gawang lawan, maka sewajarnya pada si striker diganjar elu-eluan.

Untuk mengantisipasi kondisi realitas seperti tersebut di atas (tak ideal), maka tim pelatih akan menkondisikan latihan semirip mungkin dengan kondisi realita. Kawalan ketat, tekanan keras, dan ruang tembak sempit dapat dilakukan menggunakan simulasi latihan dimana striker berhadapan dengan 1, 2, atau 3 pemain bertahan. Ini akan melatih striker menembak dalam ruang sempit dan ketenangan. Berlatih memanfaatkan peluang kecil akibat umpan yang tak matang. Berlatih menciptakan ruang dengan cara melepaskan diri dari formasi kawalan defender lawan untuk memudahkan penyuplai bola memberi umpan.

dan kita sesungguhnya tak jauh beda dengan posisi striker di tim sepakbola.

.
.
.

SALAM OLAH RAGA!!!!!!!!!!!!!
.
.
.
.
hoam.... turu meneh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar