Kamis, 24 Februari 2011

Efek Lemming

Lemming adalah sejenis hewan pengerat seperti marmut. Yang menarik dari hewan ini dan telah diteliti adalah karakternya yang "ngikut saja", Lemming yang satu akan mengikuti yang lainnya bahkan sampai ke kematian. 

Hewan Lemming akan melakukan migrasi dalam periode hidupnya. Dalam perjalanan migrasi tersebut Lemming akan berjalan mengikuti Lemming terdepan. Ketika Lemming yang jalan terdepan terjatuh ke dalam jurang atau ke dalam sungai yang sangat deras maka Lemming-lemming di belakangnya akan mengikuti terjatuh. what the f*ck!!!

Karakter lemming yang menarik dari hewan ini lantas dikenal menjadi metafora yang disebut 'efek Lemming', yaitu suatu fenomena bagaimana orang-orang mengikuti begitu saja tanpa mempertanyakan suatu pendapat  yang populer yang beredar di tengah masyarakat di mana pendapat tersebut bisa saja berpotensi menjerumuskan diri mereka ke dalam suatu kebinasaan atau paling minimal kesesatan berpikir. 


Dalam kehidupan, informasi dan kejadian seakan rangkaian-rangkaian fakta kecil yang terasa tak bermakna. Tetapi ketika dikaji secara komprehensif, maka rangkaian-rangakian fakta yang kecil dan terasa independen tersebut akan menjadi sebuah simpul yang mencerahkan. 

Namun jika sebuah komunitas sudah total terpengaruh oleh "hipnotis" akan "kebenaran palsu" yang dipaksakan oleh mereka yang berkepentingan dan dianggap memiliki otoritas untuk berpendapat, maka efek Lemming susah diubah. 

Efek Lemming merupakan mainan menarik bagi industri iklan, politisi dan berbagai aspek kehidupan.


Contoh sederhana bagaimana efek Lemming berjalan adalah saat gelang Power Balance sedang ngetrend. Artis, public figure, ABG dan banyak lapisan masyarakat memakai gelang tersebut. Tanpa pernah menyempatkan diri bertanya-tanya, benarkah apa yang disampaikan dalam iklan produk tersebut? Akhir-akhir baru terungkap tak ada efek signifikan terhadap tubuh akibat memakai gelang power balance. Contoh lain misalnya bagaimana ABG alay labil begitu terhipnotis dengan es krim M*gnum.
Contoh lain lagi yang agak sedikit berat adalah bagaimana percayanya sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) bahwa Islam itu merupakan agama yang jahat, hanya dikarenakan isu dan berita populer yang dipelintir bahwa Islam adalah agama teror. Tanpa mencoba mencari fakta sendiri dan merangkai kejadian-kejadian di baliknya.

Atau bagaimana pemerintahan suatu negara membohongi rakyatnya dengan mengumunkan dan secara terus-menerus memborbardir pikiran rakyat dengan angka-angka statistik yang seolah mengagumkan tentang kenaikan kesejahteraan, penurunan jumlah rakyat miskin dan lain-lain. Sampai pikiran rakyat yang tak memanfaatkan pikirannya tersebut percaya semua yang diungkap dan dijejalkan ke pikirannya, lalu ketika ada lapisan masyarakat yang tak terkena efek Lemming mulai mengajukan fakta kebenaran yang sebenarnya, maka kebenaran tersebut tak lagi dianggap, dan akan disebut dengan mudah disemati label "barisan sakit hati". Hehehehe... Gampang sekali!.

Efek Lemming ini muncul karena tidak terbiasanya kita untuk berfikir secara mandiri. Ketika efek Lemming sudah berjalan maka meskipun akhirnya kebenaran yang sebenarnya muncul atau dimunculkan, hal itu tidak bisa menggoyahkan anggapan yang telah terbentuk sebelumnya. Kecenderungannya adalah mereka yang telah terkena efek Lemming akan tetap menyangkal kebenaran yang sebenarnya, walaupun mereka telah melihat kebenaran tersebut dengan mata kepala sendiri.

Kalau dalam istilah bahasa Sunda, efek Lemming ini disebut "tuturut munding" (ngikut-ngikut aja seperti kerbau). Masyarakat Sunda menganalogikan orang-orang yang terkena efek Lemming dengan seekor kerbau, yang mengikut saja ketika tambanga yang mengikatnya ditarik oleh pemiliknya. Bahkan ketika dia dibawa ke tukang jagal.


Berpikir adalah pekerjaan terberat,  karena itulah sedikit sekali orang yang mau menggunakan otaknya (Henry Ford)
 
*
Sumber: Om Wiki dan Mbah Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar