Turun dari seekor kuda, seorang ksatria berbaju zirah, perisai baja ditentengnya di tangan kiri, berjalan tegap menuju pelataran istana sang raja. Sang raja duduk di sana, menyaksikan ksatria hebat ini berjalan menujunya.
Di pelataran istana, ksatria itu menghentikan langkahnya, masih di atas tanah pelataran. Ditaruhnya perisai baja ke tanah. Sarung tangan kanan yang terbuat besi dilepaskannya. Dikeluarkannya pedang ksatria dari serangka. Ditancapkannya di tanah di hadapannya. Lalu ia berlutut.
"Aku mengalami disorientasi paduka baginda raja. Aku terlupa buat apa aku berada di sini? apa yang menjadi tujuanku, 2 - 5 langkah ke depan?. Aku mengalami disorientasi, ruang dan waktu paduka baginda raja" ucap sang Ksatria.
Raja terdiam sejenak. Seraya mengelus janggutnya yang tak seberapa itu. Lalu berdiri.
"Bagiku kau adalah ksatria hebat, ksatria dengan jiwa ksatria. Bukan hanya seorang prajurit tapi kau adalah ksatria. Tiap jiwa pasti akan dihadapkan pada titik ketika beribu halangan, beribu masalah dan cobaan memenuhi otakmu, mencoba menghalangimu dari tujuanmu. Fokuslah. Hantamlah semua rintangan itu. Tunjukkan bahwa kau seorang ksatria, bukan cuma prajurit!. Aku percaya kepadamu ksatria!".
Lalu sang Raja kemudian berjalan masuk ke istana, diapit dayang-dayang yang cantik jelita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar