Rabu, 03 November 2010

Bencana penanggulangan bencana


Catatan Adhie M Massardi
Rabu, 03 November 2010 , 00:00:00 WIB

BENCANA alam yang datang sambung-menyambung, yang merenggut korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit, terus menimbulkan kebingungan di masyarakat.

Beberapa tokoh, seperti budayawan Betawi Ridwan Saidi, juga Prof Dr HM Amien Rais, melihat Indonesia seperti negeri terkutuk dalam kitab suci. “Ini seperti bentuk azab, karena bangsa kita sudah terlalu banyak melakukan pembangkangan, seperti kaum Nabi Luth," ujar mantan Ketua MPR ini.

Sedangkan di masyarakat, tak sedikit yang mengaitkan rangkaian bencana sejak tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, dengan sosok Presiden Yudhoyono yang konon tidak diterima alam.

Kasak-kusuk mistik yang meluncur dari mulut ke mulut itu, tampaknya sampai juga ke telinga Yudhoyono. Buktinya, dalam berbagai kesempatan, seperti saat meninjau korban tsunami di Cilacap, Jawa Tengah (21/7/06), atau saat rombongan pengurus LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) ke Istana (10/7/09), Presiden berusaha menjelaskan ihwal bencana secara ilmiah, bak ahli geologi.



“Kalau gempa bumi itu alam. Jangan dilarikan ke mistik. Sebab saya sering dikritik, setiap ada bencana dihubung-hubungkan dengan keberadaan saya sebagai Presiden. Padahal lempengan Australia dan Asia sudah mulai terjadi keretakan 5 juta tahun yang lampau. Padahal kita semua belum ada pada waktu itu,” tutur Yudhoyono pada rombongan LDII.

Tapi bukan urusan kita apakah rangkaian bencana yang membombardir bangsa ini benar-benar ada hubungan dengan keberadaan Yudhoyono sebagai presiden atau tidak. Kita hanya ingin mengingatkan pernyataan Presiden di Cilacap beberapa tahun lalu. Katanya, “negara kita ini memang rawan terhadap bencana, atau rawan terhadap gempa bumi…”

Dalam benak kita, karena Presiden paham geologi dan tahu negeri ini rawan bencana, tentu pemerintahan yang dipimpinnya telah menyiapkan manajemen bencana (disaster management atau emergency management), sehingga jadi sangat cekatan dalam menangani setiap bencana.

Tapi yang kita saksikan, dalam puluhan musibah yang datang, baik meletusnya gunung berapi, gempa bumi, badai tsunami, tanah longsor, banjir bandang, kebakaran hutan, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tampak selalu gagap. Masyarakat yang jadi korban nasibnya senantiasa terkatung-katung.

Beruntung solidaritas sosial masyarakat masih layak dipuji. Para dermawan dan relawan selalu muncul di mana-mana. Sehingga bisa mengurangi penderitaan para korban bencana.

Presiden sendiri sebenarnya punya staf khusus bidang bantuan sosial dan bencana alam, Andi Arief. Tapi karena latar belakangnya aktivis politik, Andi lebih sering menangani “bencana politik” yang mengguncang Istana.

Salah satu “karya” Andi menanggulangi bencana politik Istana adalah memenjarakan Misbakhun, politisi PKS, salah satu dari sembilan inisiator Hak Angket skandal rekayasa bailout Bank Century, yang merugikan keuangan negara Rp 6,7 trilyun.

Lalu bagaimana dengan lembaga penanggulangan bencana, dan nasib rakyat yang terkena musibah? Wallahualam bi shawab. 

Sumber: rakyatmerdeka
_______
Iklan koran ini yang maknyus disimak. Pakle keren banget disini Gan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar